Inspirator 3 : Rhenald Kasali


Banyak orang menganggap bahwa penulis buku, pertama-tama dan terutama, akan berharap mendapatkan imbalan uang dari kelarisan bukunya. Namun, Rhenald Kasali, pengajar dan penulis buku-buku manajemen yang laris di pasaran, berharap hal yang sama sekali berbeda. Setiap kali menulis buku, ia ingin orang-orang yang membaca bukunya mengubah cara berpikir. Perubahan. Itulah kata kunci yang selalu hadir di setiap bukunya. Bahkan, dua dari 14 buku yang ditulisnya sejak tahun 1988 mencantumkan kata change (perubahan) di dalam judulnya, misalnya Change (2005) dan Re-Code Your Change DNA (2007).

Memang, menurut Rhenald Kasali sendiri, perubahan adalah nature atau sifat asli dirinya. Ketika seseorang ingin mengubah lingkungan sekitarnya, maka yang pertama harus dilakukan ialah mengubah dirinya sendiri. Perubahan diri itu sudah dilakukannya sejak usia belia. Setelah menyelesaikan pendidikan menengah, di antara lima bersaudara dalam keluarga, hanya ia yang berhasil menyelesaikan pendidikan sarjana strata satu meskipun dengan keadaan ekonomi yang sangat terbatas.

“Saya nekat memilih sekolah yang kakak dan adik saya tidak mau masuk ke sekolah itu,” papar lelaki kelahiran Jakarta, 13 Agustus 1960 ini. Lebih jauh, di antara saudaranya, ia sendirilah yang melanjutkan pendidikan hingga meraih gelar PhD dari University of Illinois at Urbana-Champaign, Amerika Serikat. Pilihan untuk mengajar dan menulis pun merupakan keinginan diri untuk bisa memberikan inspirasi tentang perubahan, baik kepada anak didiknya maupun pembaca luas.

Berubah atau mati
Berubah atau mati. Itulah kutipan dari buku berjudul Change! yang diterbitkan Gramedia Pustaka Utama (GPU) pada tahun 2005. Buku setebal 434 halaman itu memuat secara lengkap sejarah, filosofi, dan konsep dasar perubahan serta bagaimana seseorang atau sebuah perusahaan seharusnya mengelola perubahan. Menurut dia, banyak orang telah terperangkap oleh kesuksesan masa lalu sehingga enggan untuk berubah.

Padahal, persoalan demi persoalan yang datang menuntut seseorang atau sebuah perusahaan untuk melakukan sesuatu yang berbeda dari yang pernah dilakukannya. Buku yang telah terjual hingga cetakan ke-9 dan mencapai angka 75.000 eksemplar ini dilengkapi pula dengan kata-kata mutiara perubahan yang dapat membuat pembaca mampu memahami manajemen perubahan dan harapan. Buku lainnya, berjudul Re-Code Your Change DNA, yang juga diterbitkan oleh GPU, berhasil menginspirasi orang.

Suatu ketika ada seorang laki-laki yang tidak dikenal Rhenald datang menghampirinya. Orang itu minta izin kepadanya untuk memasang poster iklan buku Re-Code di restorannya. “Ternyata, menurut orang itu, dia membaca buku saya dan mempraktikkan untuk restorannya sendiri,” tutur Rhenald. Restoran itu terletak di Jalan Gajah Mada, Jakarta, dan sempat beberapa lama tidak beroperasi. Namun, restoran itu kini hidup kembali dan bahkan memasang foto Rhenald di daftar menunya.

Hal terpenting baginya adalah semakin banyak orang mengubah cara berpikirnya untuk kehidupan yang lebih baik. “The only thing that change is change. Tidak ada sesuatu yang abadi di dunia ini. Yang abadi adalah perubahan,” papar Ketua Program Magister Manajemen Universitas Indonesia ini. Antusiasme pembaca buku-buku Rhenald Kasali terhadap ide perubahan yang dituangkan dalam buku-bukunya tampak jelas dari respons yang diberikan berbagai kelompok di masyarakat.

Salah satunya adalah dari masyarakat Buddhis di Indonesia. Ia pernah diundang berbicara tentang buku Change di hadapan kelompok ini. Menurut mereka, filosofi perubahan itu adalah filosofi yang dianut oleh Sidharta Buddha Gautama. Tak heran jika banyak umat Buddhis yang menjadi pembaca setia buku-bukunya. Bahkan, mereka menawarkan kepada Rhenald untuk mengadakan peluncuran buku berikutnya, yaitu Re-Code Your Change DNA, bersama-sama dengan pertemuan akbar umat Buddhis Indonesia.

“Jadilah saya terpacu menyelesaikan buku itu segera. Kalau tidak salah, buku itu terbit pada 13 Januari 2007 dan diluncurkan pada 15 Januari 2007 bersamaan dengan pertemuan akbar yang dihadiri ribuan umat Budhdis di Jakarta Convention Center,” ungkapnya. Hasilnya luar biasa. Pada hari itu ribuan bukunya habis terjual. Sebagian besar peserta pulang dengan menenteng buku setebal 270 halaman. Menurut catatan penerbitnya, hingga kini buku itu telah terjual 40.000 eksemplar.

Kepuasan yang luar biasa dirasakannya ketika banyak orang terpengaruh isi buku-bukunya. Menurut dia, itulah “imbalan” yang lebih besar dibandingkan dengan imbalan dalam bentuk uang. “Kalau imbalan royalti memang cukup bagus untuk income keluarga. Tetapi, sangat keliru kalau orang hanya menilai secara materi. Orang tidak akan bahagia kalau hanya melihat uangnya saja,” ungkap ayah Fin Yourdan Kasali dan Adam Makalani Kasali ini.

Lingkungan Membentuk
Menulis buku yang menginspirasi banyak orang tentunya bukan hal yang mudah. Lantas bagaimana ia dapat menghasilkan buku-buku yang diminati banyak orang? Bagi Rhenald Kasali, tema-tema yang dipilihnya untuk ditulis menjadi sebuah buku utuh muncul dari interaksinya dengan lingkungan yang selama ini diakrabinya. “Awalnya, saya adalah orang marketing. I love marketing. Prinsip saya adalah selalu mencintai pekerjaan yang sedang saya jalani,” paparnya lebih jauh.

Dengan prinsip tersebut ia mendalami bidang tersebut, bahkan hingga mengambil jenjang doktoral di Amerika Serikat. Ada suatu masa ia merasa ada yang salah dengan bidang marketing. “Ketika saya sudah mendalami banyak teori marketing, saya melihat bahwa marketing cenderung menjadi ilmu yang statis. Banyak perusahaan menerapkan teknik-teknik marketing seperti yang diajarkan di sekolah-sekolah. Pengetahuan mereka sudah banyak sekali, tetapi perusahaan-perusahaan itu toh mengalami kolaps,” paparnya.

Kecenderungan yang dilihatnya adalah marketing dijadikan sebatas pengetahuan. Hal ini terjadi, menurut dia, karena basis organisasi yang menjalankan marketing itu tidak benar. Dari situlah awalnya ia mulai menulis tema-tema perubahan di dalam manajemen. Cara berpikir Rhenald Kasali tampaknya setali tiga uang dengan beberapa pakar marketing. Setelah buku Re-Code diterbitkan, tak lama kemudian muncul buku berjudul Self-Destructive Habits of Good Companies And How to Break Them karya Jagdish N Shets dan terbit di Amerika Serikat.

Tak lama setelah buku Change! terbit, John Naisbit memublikasikan bukunya berjudul Mind Set! di Amerika Serikat. Tampaknya, keprihatinan Rhenald terhadap pengelolaan perusahaan-perusahaan di Indonesia juga menjadi perhatian serius para pakar marketing di level internasional. “Karena saya berada di dalam dunia marketing dan saya mendalami bidang ini dengan sepenuh hati, tidak sulit menemukan tema-tema yang memang sedang menjadi persoalan,” paparnya pula.

Apa yang ditulis adalah akumulasi dari teori-teori, pengalaman yang dijalaninya, serta pergaulannya yang luas. Di dalam buku Change dikemukakan tentang keterlibatannya dalam memperbarui perusahaan-perusahaan yang beberapa di antaranya memasuki tahap krisis, seperti PT Indofarma dan PT Dirgantara Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi mitra kerja Prof Michael Porter dari Harvard University untuk mendorong perusahaan-perusahaan memperbaiki daya saing mereka. Buku Re-Code juga hasil pengalamannya melihat berbagai bangsa di dunia. Suku Masai di Kenya, Afrika, dan kaum Gypsi di kota Praha, Cekoslowakia, memberinya inspirasi tentang bagaimana seharusnya mengelola perubahan.

Rumah Perubahan
Tidak cukup dengan mendorong perubahan bagi perusahaan-perusahaan, Rhenald Kasali juga membangun gerakan pembaruan di lingkungan tempat tinggalnya. Berbekal uang dari hasil penjualan buku-bukunya, ia membeli tanah sekitar 1 hektar di daerah Jati Murni, Bekasi, dan mendirikan apa yang disebutnya Rumah Perubahan. Di tempat ini ia menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan kebersihan lingkungan melalui program yang disebut Sampah Solution.

“Ada tetangga saya yang membuat mesin pengering sampah. Lalu, kami memotivasinya, mengenalkannya kepada bupati dan perusahaan-perusahaan. Akhirnya, dia bisa membuat, selain mesin pengering, juga mesin pengepres dan pemilah sampah. Mesin tersebut memungkinkan sampah diolah menjadi bahan bakar,” tuturnya. Harga bahan bakar itu lebih murah daripada batu bara dan mengandung kalori lebih tinggi daripada batu bara.

Dengan demikian, sampah dapat didaur ulang seratus persen. Syaratnya mudah saja, yaitu mengumpulkan sampah yang tentunya ada di mana-mana. Konsep Sampah Solution ini sangat berbeda dengan prinsip kerja tempat pembuangan akhir sampah yang sering kali justru mengakibatkan polusi. Beberapa perusahaan sudah bersedia membeli bahan bakar baru tersebut.

Di Rumah Perubahan ini pula ia melatih beberapa orang untuk budidaya ikan dan mengembangkan kloning pohon jati unggul. Upaya ini dilakukan bersama-sama dengan Pusat Guru Pertanian, Cianjur. Istrinya, Elisa L Kasali, pun ikut dilibatkan dalam gerakan pembaruan dengan mendirikan Rumah Baca dan Rumah Kesehatan bagi anak-anak tak mampu. Pendeknya, perubahan harus dilakukan di banyak bidang. Menurut dia, “Kalau tidak berubah, ibarat orang mengayuh sepeda. Meskipun sudah kencang mengayuhnya, tapi kalau berhenti, ia akan jatuh.”

Inspirator 2 : Bill Gates


Bill Gates dilahirkan di Seattle, Washington dari William Henry Gates, Sr., seorang pengacara, dan Mary Maxwell, pegawai First Interstate Bank, Pacific Northwest Bell, dan anggota Tingkat Nasional United Way. Gates belajar di Lakeside School, sekolah elit yang paling unggul di Seattle, dan meneruskan berkuliah di Universitas Harvard, tetapi di-drop out.

William Henry Gates III lahir pada tahun 1955, anak kedua dari tiga bersaudara dalam keadaan sosialnya terkemuka di Seattle, Washington. Ayahnya seorang pengacara dengan perusahaan yang punya banyak koneksi di kota, dan ibunya seorang guru, yang aktif dalam kegiatan amal. Bill seorang anak yang cerdas, tetapi dia terlalu penuh semangat dan cenderung sering mendapatkan kesulitan di sekolah. Ketika dia berumur tiga belas tahun, orang tuanya memutuskan untuk membuat perubahan dan mengirimnya ke Lakeside School, sebuah sekolah dasar yang bergengsi khusus bagi anak laki-laki.

Di Lakeside itulah pada tahun 1968 Gates untuk pertama kalinya diperkenalkan dengan dunia komputer, dalam bentuk mesin teletype yang dihubungkan dengan telepon ke sebuah komputer pembagian waktu. Mesin ini, yang disebut ASR-33, keadaannya masih pasaran. Pada intinya ini sebuah mesin ketik yang selanjutnya siswa bisa memasukkan perintah yang dikirimkan kepada komputer; jawaban kembali diketikkan ke gulungan kertas pada teletype. Proses ini merepotkan, tetapi mengubah kehidupan Gates. Dia dengan cepat menguasai BASIC, bahasa pemrograman komputer, dan bersama dengan para hacker yang belajar sendiri di Lakeside, dia melewatkan waktu berjam-jam menulis program, melakukan permainan, dan secara umum mempelajari banyak hal tentang komputer. "Dia adalah seorang 'nerd' (eksentrik)," sebagaimana salah seorang guru memberikan Gates julukan itu.

Sekitar tahun 1975 ketika Gates bersama Paul Allen sewaktu masih sekolah bersama-sama menyiapkan program software pertama untuk mikro komputer. Seperti cerita di Popular Electronics mengenai "era komputer di rumah-rumah" dan mereka berdua yakin software adalah masa depan. Inilah awal Microsoft.

Semasa ia belajar di Harvard, ia dan Paul Allen menulis perangkat lunak Altair BASIC untuk Altair 8800 dalam dasawarsa 1970. Altair merupakan komputer pribadi pertama yang sukses. Diberi inspirasi oleh BASIC, sebuah bahasa komputer yang mudah dipelajari dan ditulis di kolese Dartmouth untuk mengajar, versi Gates dan Allen kemudian menjadi Microsoft BASIC, bahasa komputer terjemahan yang utama untuk sistem operasi komputer MS-DOS, yang menjadi kunci pada kesuksesan Microsoft. Microsoft Basic pada nantinya dijadikan Microsoft QuickBasic. Versi Microsoft QuickBasic yang dijual tanpa kompiler QuickBasic dikenal sebagai QBasic. QuickBasic juga dijadikan Visual Basic, yang masih popular hingga masa sekarang.

Dalam awal dasawarsa 1970, Gates menulis Surat Terbuka kepada Penghobi (Open Letter to Hobbyists), yang mengejutkan komunitas yang mempunyai hobi pada komputer dengan menyatakan bahwa ada pasaran komersial untuk perangkat lunak/software dan bahwa software tidak layak dikopi dan digandakan tanpa izin penerbitnya. Pada masa itu, komunitas tersebut dipengaruhi kuat oleh dasar radio hamnya dan etika hacker, yang berpendapat bahwa innovasi dan pengetahuan patut dibagi oleh komunitas pengguna komputer. Gates kemudian mendirikan Microsoft Corporation, salah satu perusahaan paling sukses di dunia, dan memimpin arah kepada pembukaan industri software komputer.

Gates juga mendapat reputasi yang tidak baik untuk caranya berdagang. Satu contoh ialah MS-DOS. Pada akhir dasawarsa 1970, IBM berencana untuk memasuki pasaran komputer personal dengan komputer personal IBM, yang diterbitkan pada 1981. IBM memerlukan sistem operasi untuk komputernya, yang direncanakan dapat mencakup dan mengelola arkitektur 16-bit oleh keluarga chip x86 Intel. Setelah berunding dengan sebuah perusahaan lain (Perusahaan Digital Research di California), IBM bertanya kepada Microsoft. Tanpa memberitahu tentang ikatan mereka dengan IBM, eksekutif-eksekutif Microsoft membeli sebuah system operasi x86 dari perusahaan Seattle Computer seharga $50,000. (Ada kemungkinan Microsoft dilarang IBM untuk memberitahukan tentang ikatannya kepada orang awam) Microsoft kemudian melisensikan sistem operasi ini ke IBM (yang menerbitkannya dengan nama PC-DOS) dan bekerja dengan perusahaan komputer untuk menerbitkannya dengan nama MS-DOS, pada setiap system komputer yang dijual.

Rencana Microsoft amat sukses tetapi digugat oleh Seattle Computer karena Microsoft tidak memberitahukan mengenai ikatannya dengan IBM untuk membeli system operasi itu dengan murah; oleh sebab ini, Microsoft membayar uang kepada Seattle Computer, tetapi tidak mengakui kesalahannya. Reputasi Gates kemudian lebih diburukkan oleh tuntutan dakwaan monopoli oleh Departemen Keadilan A.S. dan perusahaan-perusahaan individu yang menentang Microsoft dalam akhir dasawarsa 1990.

Dalam dasawarsa 1980 Gates gembira atas kemungkinan penggunaan CD-ROM sebagai media penyimpanan dokumen, dan mensponsori penerbitan buku CD-ROM: The New Papyrus yang mempromosikan ini.

Tidak dapat disangkal bahwa Bill Gates telah melakukan beberapa kesalahan dalam bisnis softwarenya. Hal ini terbukti dengan beberapa dakwaan yang diarahkan kepadanya berkaitan dengan cara - cara bisnis yang melanggar undang-undang bisnis Amerika Serikat, misalnya monopoli Internet Explorer pada sistem operasi Windows.

Pada tahun 2000, Bill Gates mengundurkan diri dari jabatannya sebagai CEO dan memandatkannya kepada kawan lamanya, Steve Ballmer. Gates kemudian memilih untuk kembali ke profesi lamanya yang ia cintai yaitu sebagai pencipta perangkat lunak. Kini Bill Gates menjadi Kepala Penelitian dan Pengembangan Perangkat Lunak di perusahaannya sendiri, Microsoft Corp.

Dalam kehidupan pribadinya, Gates menikah dengan Melinda French pada 1 Januari 1994. Mereka mempunyai tiga orang anak, Jennifer Katharine Gates (1996), Rory John Gates (1999) and Phoebe Adele Gates (2002).

Dengan istrinya, Gates telah mendirikan Bill & Melinda Gates Foundation, sebuah yayasan sosial filantropi. Para kritikus mengatakan ini merupakan pembuktian terhadap kemarahan orang banyak tentang atas praktik monopoli dan adikuasa perusahaannya, tetapi mereka yang dekat dengan Gates berkata bahwa ia telah lama berencana untuk menyumbangkan sebagian besar hartanya. Pada tahun 1997 koran Washington Post menyatakan bahwa "Gates telah menyatakan bahwa dia memutuskan untuk menyumbangkan 90 persen daripada hartanya semasa dia masih hidup." Untuk meletakkan ini dalam perspektif yang benar, sumbangan ini, walau apa sebabnya, telah menyediakan uang yang amat diperlukan untuk beasiswa universitas kaum minoritas, menentang AIDS dan sebab-sebab lain, kebanyakannya isu-isu yang biasa tidak dipedulikan oleh komunitas penderma, seperti penyakit-penyakit yang biasa kita lihat di dunia ketiga. Dalam bulan Juni 1999, Gates dan istrinya mendermakan $5 milyar kepada organisasi mereka, pendermaan yang paling besar dalam dunia oleh individu-individu yang hidup.

Pada tahun 1994, ia membeli Codex Leicester, sebuah koleksi naskah manuskrip Leonardo da Vinci; pada tahun 2003 koleksi ini dipamerkan di Museum Seni Seattle.

Pada tahun 2005, Gates menerima penghargaan kesatriaan (Knight Commander of the Order of the British Empire Kehormatan) dari Ratu Elizabeth II.

Pada 27 Juni 2008, Gates mengundurkan diri dari sebagian besar jabatannya di Microsoft (namun tetap bertahan sebagai ketua dewan direktur) dan mengkonsentrasikan diri pada kerja kedermawanan melalui yayasan yang didirikannya, Yayasan Bill & Melinda Gates.

Inspirator 1 :Warren Buffet


NEBRASKA - Omaha bukanlah kota besar yang gemerlap. Namun, warga kota di negara bagian Nebraska, Amerika Serikat (AS), berpenduduk sekitar 400.000 ini boleh berbangga. Mereka memiliki seorang warga yang sangat terhormat dan bisa dibanggakan hingga ke seluruh penjuru dunia.

Dialah orang terkaya kedua di dunia, Warren Edward Buffett, bos perusahaan investasi Berkshire Hathaway. Warga kota terkadang secara tidak sengaja bertemu dengan Buffett di toko, restoran, atau di jalan-jalan kota tanpa merasakan bahwa dia adalah orang terkaya kedua dunia dengan kekayaan sekitar USD37 miliar (sekitar Rp380 triliun). Buffett yang lahir di Omaha pada 30 Agustus 1930 memulai usahanya sejak dini dengan menjadi loper koran di kotanya ini.

Pada awal 1960-an, Buffett mulai berinvestasi di Berkshire yang saat itu merupakan perusahaan pembuat tekstil. Buffett kemudian menjadikan Berkshire sebagai perusahaan induk untuk lebih dari 50 perusahaan.
Buffett sering disebut sebagai Sage of Omaha oleh para investor karena dia hanya berinvestasi pada perusahaan-perusahaan besar yang mudah dimengerti bisnisnya, mendominasi pasar saham, serta memiliki pendapatan konsisten manajemen kuat. Pada 2008 lalu, Buffett bahkan sempat menggeser posisi pendiri Microsoft Corp, Bill Gates, sebagai orang terkaya di dunia.

Kendati telah menjadi miliarder, gaya hidup Buffett yang sederhana tetap melekatinya sampai sekarang dan membuat para warga kota mengenalnya dengan akrab di berbagai pertemuan.Rumahnya di kawasan Dundee, Omaha, juga sederhana tanpa memperlihatkan model dan arsitektur sebagai rumah orang kaya raya dunia. Ketika harian Seputar Indonesia (SI) melintasi rumah tersebut, suasana depan tempat tinggal itu tampak sepi dan tenang seolah tanpa penghuni.

Buffett tetap tinggal di rumah tersebut sejak dibelinya pada 1958 seharga USD31.000. Rumah itu kini ditaksir seharga USD700.000. Rumah yang tergolong sederhana di AS untuk ukuran orang terkaya dunia. Para tetangganya sering melihatnya jalan santai di depan rumahnya, kemudian menyapanya dengan akrab, ?Morning, Warren,how are you today??
Terkadang Buffett mengundang teman-temannya ke rumah, termasuk pesaingnya sekaligus sahabatnya, orang nomor satu terkaya dunia Bill Gates, untuk bermain kartu bridge. Menurut warga kota, Buffett bisa menghabiskan waktunya bermain bridge hingga 12 jam sehari. Bahkan dia ikut mensponsori pertandingan dengan trofi Buffett Cup di Omaha.

Saking sederhananya, Buffett masih mengendarai mobil tuanya jika ingin menghadiri acara-acara undangan warga kota. Suatu ketika, menurut cerita Val McPherson, seorang warga Omaha, Buffett mengundang Gates untuk makan di sebuah restoran favoritnya di Omaha. Buffett bersama Gates mengendarai sebuah mobil baru pemberian anaknya, Susie. Seusai makan malam, mereka kembali ke tempat parkir, tetapi Buffett tidak bisa membuka pintu mobil barunya itu yang menggunakan kombinasi password.

Daripada pusing, Buffett kemudian menelepon taksi dan akhirnya dua orang terkaya dunia ini pulang ke rumah Buffett dengan menggunakan taksi dan meninggalkan mobil baru tersebut. Sebagai sosok yang sederhana, Buffett banyak memberikan sumbangan kepada berbagai yayasan, universitas,dan organisasi sosial di Omaha. Bahkan sifat filantropisnya ditunjukkan terhadap Gates dengan memberikan sumbangan kepada Gates Foundation. Anaknya, Susie,kini mengetuai yayasan Susan A Buffett, mengambil nama mendiang istri Buffett, dengan memberikan sumbangan kepada berbagai organisasi.

Dua anaknya lagi Peter dan Howard tinggal di Chicago dengan usaha mereka sendiri. Buffett memang sosok sederhana, bahkan Desember 2006 lalu ada yang mengatakan Buffett tidak mempunyai telepon genggam, tidak mempunyai komputer di mejanya, dan masih mengendarai sendiri mobilnya,Cadillac DTS.