Analisa Strategi Kebangkitan Bisnis MLM di Indonesia Tupperware, Oriflame dan Sophie Martin (Part 1)

Nama oriflame, Tupperware, Sophie martin sebenarnya sudah cukup lama ada di indonesia sejak tahun 90-an, namun karena keterbatasan pasar, dan banyaknya aksi penipuan berkedok MLM bisnis ini semakin di tinggalkan orang. 
Namun semuanya berubah sejak munculnya era komunikatif marketing, ditandai dengan munculnya Facebook, Twitter dan berbagai sosial media membuat bisnis MLM ini kembali menggeliat. di tahun 2001 - 2006 mungkin ada nama MLM yang sangat tenar memasarkan produk kesehatan ya Tiens atau orang biasa mengenalnya dengan nama Tiansi, saat itu MLM ini luar biasa berkembangnya, ribuan orang mau, rela, untuk ikut MLM yang menawarkan Mobil hingga Kapal Pesiar untuk para pelaku bisnisnya. Tapi dikarenakan tetap menjual bisnis model pohon yang mengandalkan pencarian anggota baru dibandingkan menjual produknya (memang mahal) bisnis ini mulai ditinggalkan. 

Tupperware adalah nama merek terkenal dari peralatan rumah tangga yang terbuat dari plastik, termasuk didalamnya, wadah penyimpanan, wadah penyajian dan beberapa peralatan dapur yang diperkenalkan untuk khalayak umum pada tahun 1946.
Mereka merancang, membuat dan menyebarkan produk-produknya ke seluruh dunia melalui perusahaan induknya Tupperware Brands Corporationdan dipasarkan dengan metode penjualan langsung yang sering dikenal dengan julukan independent sales force atau sales force yang saat ini tidak kurang ada 1.9 juta orang tersebar di seluruh dunia.[1] Tupperware sendiri merupakan anak perusahaan yang dimiliki oleh Tupperware Brands Corporation.
Tupperware pertama kali dibuat pada tahun 1946 oleh Earl Tupper (1907 – 1983) di Amerika. Ia membuat suatu wadah plastik yang dipergunakan di rumah tangga untuk menyimpan makanan dan membuatnya kedap udara. Salah paten penting dari produk ini adalah seal penyekatnya yang dikenal dengan sebutan "burping seal", yang merupakan ciri khusus terkenal dari produk-produk Tupperware, yang membuatnya sangat berbeda dengan produk-produk sejenis.
Tupperware mengawali strategi penjualan langsung dengan apa yang disebutnya sebagai Tupperware partyBrownie Wise (1913 – 1992) adalah orang mengenalkan strategi ini, dimana sebelumnya ia adalah seorang agen penjualan dari Stanley Home Products. Di awal-awal tahun 1950an, penjualan meledak dan membuatnya dikenal oleh banyak orang. Hal ini terutama dikarenakan pengaruh dari Brownie Wise pada para wanita yang menjajakan Tupperware dengan memakai metode party tadi. Tupperware juga semakin dikenal pada masa-masa Perang Dunia II, dimana para wanita dianjurkan untuk lebih memiliki waktu untuk keluarganya, dan dengan menjadi agen Tupperware menjadikan mereka memiliki penghasilan sendiri dari rumah. Selain itu ada tradisi yang dikenal dengan sebutan Assembly yang diadakan di setiap distributor Tupperware yang diadakan secara rutin. Tradisi ini diperkenalkan dan dilanggengkan hingga kini sebagai sarana untuk memberikan penghargaan kepada para penjual, perekrut terbaik baik untuk individu maupun secara team dan organisasi.

Tupperware menyebar ke daratan Eropa sejak kurun waktu 1960 ketika Mila Pond mengadakan sebuah Tupperware party di WeybridgeInggris, serta beberapa kota lainnya. Namun pada tahun 2003, Tupperware menutup operasinya di Inggris Raya, dikarenakan kekecewaaan para penggunanya atas metode penjualan langsungnya, dan baru dibuka kembali pada tahun 2005 setelah ada restrukrisasi.[2]
Rexall membeli saham Tupperware pada tahun 1958. Rexall menjual toko obat-obatan dengan namanya pada tahun 1977, dan kemudian dinamakan menjadi Dart Industries. Dart merger dengan Kraftco dan akhirnya membentu perusahaan dengan nama Dart & Kraft. Tapi kemudian perusahaan itu pecah lagi, dimana aset-aset Dart sebelumnya dinamakan menjadi Premark International. Tupperware Brands kemudian dipecah dari Premark pada tahun 1996; dimana kemudian Premark diakuisisi oleh Illinois Tool Works tiga tahun kemudian.
Kebangkitan Tupperware dengan tawaran lifetime guarantee, diiringi dengan design produk yang cantik, pemetaan pangsa pasar yang tepat (Wanita, ibu ibu) membuat Tupperware booming di indonesia. 
Siapa orang yang tak memiliki sebuah botol minum berwarna warni dengan ukuran besar  itulah Eco Boottle-nya Tupperware. 
Penekanan terhadap penjualan produk membuat Tupperware Unggul, dia menawarkan bisnis MLM yang Real dan mudah dijual tanpa harus menekankan merekrut Downline dan Anggota baru. 

Walau tetap dengan metode klasik ala MLM direct selling menggunakan Katalog, bisnis ini terus melaju bahkan sekarang di setiap kota memiliki lebih dari 1 gerai (stokist) bahkan produk tupperware sekarang ditawarkan melalui Direct Selling dimana orang berani membeli produknya untuk di stock dan di jual kembali.

Menurut saya strategi pemasaran mouth to mouth marketing yang dikembangkan sukses besar dan membuat Tupperware sukses mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Bahkan beberapa teman dari penulis ada yang berani membeli barang yang versi Malaysia dan Singapore untuk mendapatkan barang yang unique dan sulit ditemukan di indonesia. yah terdengar gila, tapi di era sosial media seperti sekarang tidak ada yang tidak mungkin dilakukan.
Menjual sebuah produk dengan harga yang mahal mudah dilakukan jika strategi pemasaran dan Unique dimiliki oleh produk tersebut, jika Tupperware dapat terus berinovasi baik secara produk dan pemasaran menurut saya bisnis ini masih akan maju sampai 5 - 10 Tahun kedepan, tapi jika Tupperware gagal berinovasi dalam 3 tahun bisnis ini pasti hilang dengan sendirinya. 



Strategi Pemasaran : Tupperware melalui Kampanye Lingkungan

Kampanye peduli lingkungan belakangan ini menjadi tren dalam strategi pemasaran. Salah satu perusahaan yang tak mau ketinggalan menerapkan green campaign yakni produsen alat-alat plastik PT Tupperware Indonesia.
Tupperware yang masuk ke pasaran Indonesia sejak 1991 ini sangat sadar, saat ini orang Indonesia semakin peduli lingkungan. Saban tahun, Indonesia menghasilkan hampir 200 ribu ton sampah per hari (data Kementerian Lingkungan Hidup).
Bagaimana kampanye ala Tupperware? Nining W. Permana, Managing Director, PT Tupperware Indonesia, mengatakan, kampanye kali ini bertemakan “Think Green It’s Fun/TGIF“. Menyasar semua kalangan mulai dari anak-anak hingga dewasa.
“Ada serangkaian kegiatan yang dilakukan mulai 15 Juni hingga 17 Juni 2012, berlatar belakang gaya hidup hijau seperti Tupperware Children Helping Children 2012 (CHC), Green Living n Youth Creativity dan presentasi dari Green Living Tunnel yang akan memberikan inspirasi betapa indahnya bumi tanpa sampah kemasan sekali pakai,” ujar Nining di Jakarta, Jumat (15/6).
Saat ini Tupperware Indonesia merupakan memiliki 71 distributor resmi. Perusahaan yang berpusat di Orlando Amerika Serikat ini besar karena strategi pemasaran dirrect selling. Di Indonesia saja ada lebih dari 140.000 tenaga penjual independen.
“Pelatihan dan bimbingan yang diberikan merupakan bekal untuk menjadi tenaga penjual yang tangguh. Mereka miliki karir dan penghasilan yang sangat memuaskan,” jelas Nining.
Melalui tenaga penjualnya juga, Tupperware mengkampanyekan program reduce dan reuseReduce, yaitu mengurangi pemakaian wadah sekali pakai dan membawa wadah dari rumah untuk bekal dan membeli makanan minuman. Reuse, menggunakan wadah minuman makanan yang aman tidak mengandung bahan berbahaya serta dapat digunakan berulangkali.
Yang unik dan menjadi strategi pemasaran unggulan Tupperware dalam green campaign yakni pemberian garansi seumur hidup bagi semua produk Tupperware. Cara ini belum dilakukan kompetitornya yang mulai gencar masuk ke pasar Indonesia.
Jadi Tupperware menjamin produknya tidak bisa dibuang di tempat sampah karena bisa diganti. Pemilik Tupperware hanya perlu membawa barang yang lama ataupun yang memiliki kerusakan wajar ke distributor-distributor terdekat. 
Sumber : http://swa.co.id/